TEMPO.CO, Jakarta - Laura Aurelia dan keluarganya tak menyangka peristiwa jatuh di kamar mandi berimbas panjang dalam kehidupannya. Atlet renang di Asian Para Games 2018 itu mengalami penurunan fungsi pada tubuh bagian bawah pada 2015. Saat itu Laura sedang mengikuti Pekan Olahraga Pelajar Daerah atau POPDA di Semarang, Jawa Tengah.
Satu hari sebelum pertandingan, Laura terpeleset di kamar mandi dan terjatuh dalam posisi duduk. Saat itu Laura belum menyadari jika tulang punggungnya patah. “Setelah jatuh itu saya masih bisa bertanding dan beraktivitas normal seperti biasa,” kata gadis kelahiran 22 September 1999 itu.
Baca Juga:
Laura Aurelia baru menyadari ada yang tidak beres pada punggungnya sekitar sebulan kemudian. Saat sedang membungkuk dalam posisi cium-lutut, tiba-tiba dia mendengar suara “krek”. Sejak itu Laura sudah tidak bisa bergerak lagi. Dari hasil pemeriksaan medis, tulang belakang Laura dinyatakan remuk.
Karena terlambat ditangani, upaya penyembuhan melalui jalan operasi tidak banyak membantu. Walhasil, alumnus SMA Negeri 1 Solo yang pernah menyandang gelar sebagai perenang terbaik tingkat SMA di Kota Solo itu musti mengenakan alat penyangga tulang punggung yang tertanam di dalam tubuhnya.
Sejak itu, Laura Aurelia mesti menggunakan kursi roda untuk beraktivitas. “Jangankan berjalan, duduk terlalu lama saja dia bisa kesakitan," kata ibu Laura, Ni Wayan Luh Mahendra. Ketika kuliah, dia sering kesakitan karena terlalu lama duduk. Begitu dijemput ibunya dengan mobil, Laura langsung rebahan. "Kalau di rumah, dia mengerjakan tugas kuliah sambil tengkurap."
Ni Wayan tidak memberikan banyak kata-kata motivasi untuk mengembalikan semangat Laura setelah kecelakaan itu. “Saya cuma berpesan hanya Tuhan dan dia sendiri yang dapat mengubah keadaan menjadi lebih baik. Keluarga atau siapapun perannya hanya membantu,” kata Ni Wayan.
Berkat besarnya dukungan dari kedua orangtuanya, teman-teman, dan pelatihnya, tidak butuh waktu lama bagi Laura untuk kembali bangkit dan melanjutkan perjalanannya sebagai atlet renang, olahraga yang dia tekuni sejak kelas 3 sekolah dasar. “Semua teman selalu memberikan support,” kata Laura yang resmi bergabung dengan National Paralympic Committee of Indonesia atau NPCI pada 2016.