TEMPO.CO, Jakarta - Para prajurit TNI di Pusat Rehabilitasi Kementerian Pertahanan di Bintaro, Jakarta Selatan, sedang menggelar apel pagi saat Tempo datang pada Rabu, 8 Agustus 2018. Jangan bayangkan prajurit yang ikut apel adalah mereka yang berdiri tegap dan berbaris rapi layaknya pasukan baris-berbaris saat upacara pada umumnya.
Baca juga:
Kisah Asim, Disabilitas yang Selamatkan Diri saat Gempa Lombok
4 Cara Bangun Budaya Inklusif buat Karyawan Disabilitas di Kantor
Peserta apel di Pusat Rehabilitasi Kementerian Pertahanan adalah para prajurit TNI yang mengalami kondisi disabilitas. Meski menggunakan kursi roda atau tongkat, mereka tetap disiplin menjalani apel layaknya prajurit TNI. "Mereka adalah penyandang disabilitas dewasa yang mengalami kecelakaan saat menjalankan tugas negara," ujar Kepala Pusat Rehabilitasi Kementerian Pertahanan atau Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal TNI Dokter Achmad Dewanto.
Sejak 50 tahun lalu, Pusat Rehabilitasi Kemmhan menangani sekitar 6.000 personil TNI penyandang disabilitas. Menurut Achmad, penyebab para personil TNI menjadi disabilitas adalah kecelakaan ketika menjalani tugas negara, seperti menjaga daerah perbatasan, melakukan penyelamatan (SAR), hingga saat menjaga keamanan di daerah konflik. "Negara tidak memberhentikan mereka, melainkan tetap mengkaryakan agar memiliki keterampilan lain dan produktif serta kreatif," ujar Brigjen Achmad. Bahkan, prajurit TNI penyandang disabilitas tetap mendapatkan santunan dari negara.
Di Pusat Rehabilitasi personil TNI, disabilitas diajarkan 16 keterampilan sesuai minat dan bakat. Keterampilan tersebut berguna menjalankan usaha dan profesi secara mandiri. Sebanyak 16 keterampilan dipelajari selama 4,5 bulan. Jenisnya antara lain, olahraga, pertanian, perbengkelan, elektronik, memijat, bermusik, tata boga, fotografi, desain visual, dan lainnya.
Artikel lainnya:
Betulkah Pelican Crossing Lebih Ramah buat Disabilitas?
Faisal Rusdi, Penyandang Disabilitas Cerebral Palsy Jago Melukis
Sebelum mulai mendalami 16 keterampilan, personel TNI disabilitas dibekali keterampilan vocasional atau kemampuan menyesuaikan diri dengan jenis disabilitasnya. Misalnya, bagi personel TNI Tunanetra diajarkan lebih dulu kemampuan orientasi dan mobilitas untuk mengenali lingkungan dan berjalan secara mandiri.
Kepala Pusat Rehabilitasi Kementerian Pertahanan Brigjen TNI dr Achmad Dewanto Sp.pd saat ditemui Tempo di gedung Pusat Rehabilitasi Kementerian Pertahanan, Bintaro, 8 Agustus 2018. EMPO/M Taufan Rengganis
Selain keterampilan vocasional dan sosial, personel TNI penyandang disabilitas juga mendapat rehabilitasi medis dan psikologis. Bahkan rehabilitasi psikologis sering dilakukan untuk membangun mental para prajurit yang otomatis turun saat menghadapi keterbatasan fisik. "Saat awal menjadi anggota TNI, yang pertama kali dinilai adalah fisik. Jadi dapat dibayangkan ketika mereka menjadi penyandang disabilitas, sejatuh apa mental mereka," ujar Brigjen Achmad.
Pusat Rehabilitasi Kementerian Pertahanan berdiri di atas lahan seluas 4 hektare. Di sana terdapat gedung staf pusat rehabilitasi, Rumah Sakit Dokter Suyoto, asrama prajurit berkapasitas 80 orang, ruang makan, ruang rehabilitasi fisik, ruang kelas keterampilan, lapangan tenis, masjid, dan beberapa fasilitas lain. Semua bangunan di Pusat Rehabilitasi Kemhan memiliki infrastruktur yang diperlukan penyandang disabilitas.
Selanjutnya: Kisah Prajurit TNI Penyandang Disabilitas yang Mandiri