Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Cara Mengajar Bicara pada Anak dengan Gangguan Pendengaran

image-gnews
Dokter memeriksa kondisi telinga penderita tuna rungu di aksi sosial pembagian 1.000 alat bantu dengar di Wyata Guna, Bandung, 3 Agustus 2016. Sejumlah organisasi sosial dari luar dan dalam negeri beserta dokter dari Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL RSHS/Unpad memeriksa dan membuat cetakan lubang kuping untuk 1.000 warga Jawa Barat. TEMPO/Prima Mulia
Dokter memeriksa kondisi telinga penderita tuna rungu di aksi sosial pembagian 1.000 alat bantu dengar di Wyata Guna, Bandung, 3 Agustus 2016. Sejumlah organisasi sosial dari luar dan dalam negeri beserta dokter dari Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL RSHS/Unpad memeriksa dan membuat cetakan lubang kuping untuk 1.000 warga Jawa Barat. TEMPO/Prima Mulia
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Orang tua yang memiliki anak dengan gangguan pendengaran tidak perlu khawatir anaknya tidak dapat berkomunikasi. Kini sudah banyak metode yang dapat membantu anak dengan gangguan pendengaran agar fasih berkomunikasi, termasuk bicara, tanpa melalui terapi yang kurang nyaman. Salah satu cara yang mulai banyak direkomendasikan adalah Auditory Verbal Therapy atau AVT.

Baca juga:
Biarkan Anak Main di Luar Rumah, Ini Alasannya Menurut Psikolog
Anak Marcella Zalianty Sakit Tumor Otak, Jangan Abaikan Gejalanya

"Ini adalah terapi bagi anak-anak dengan gangguan pendengaran agar dapat menyadari, mengidentifikasi, memproses, hingga bereaksi terhadap bunyi yang ada di sekitarnya," kata Rini Nurbaety, koordinator terapis AVT di Kasoem Hearing Center, kepada Tempo, Jumat, 29 Juni 2018. Dia menjelaskan, AVT dilakukan anak tanpa harus melihat gerak bibir terapisnya.

AVT dilakukan dengan cara bermain menggunakan alat peraga yang disesuaikan dengan kemampuan dan reaksi anak terhadap bunyi. "Karena tidak melihat gerak bibir terapis, anak-anak yang bisa mengikuti terapi ini adalah mereka yang menggunakan bantuan teknologi pendengaran, seperti ABD (alat bantu dengar) atau implan koklea," ujar Rini.

Tahapan AVT dimulai dengan tahap sadar bunyi. Pada fase ini, anak dilatih menyadari keberadaan bunyi di sekitarnya melalui teknik modeling. Pada tahapan ini, orang tua, anak, dan terapis AVT duduk bersama untuk melakukan proses pengenalan bunyi kepada anak. "Tahapan ini untuk melihat reaksi anak ketika diperdengarkan suatu bunyi, apakah merespons atau tidak," kata Rini.

Reaksi yang diperlihatkan anak dapat bermacam-macam, bergantung pada usianya. Bayi di bawah 3 tahun, misalnya, biasa merespons dengan lirikan mata, tengokan kepala, atau berhenti sejenak dari kegiatan yang dilakukan. Setelah reaksi tersebut muncul, orang tua dan terapis AVT membuat kesepakatan dengan anak mengenai cara bereaksi bila ada bunyi.

Contohnya, ketika diperdengarkan bunyi lonceng di depan telinga ayah, ayah langsung menunjuk kuping. Kemudian, ketika lonceng diperdengarkan ke telinga ibu, ibu langsung menunjuk kuping. Terakhir, ketika lonceng diperdengarkan di telinga anak, maka anak diajarkan juga untuk meniru respons ayah dan ibunya tadi dengan menunjuk kuping. "Dengan begitu, AVT bukan hanya untuk anak, tapi juga orang tuanya," ucap Rini.

Setelah anak sadar akan keberadaan bunyi, terapi dilanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu pembedaan jenis bunyi. Misalnya, beda bunyi lonceng dengan bunyi ketukan pintu. Pada tahapan ini, orang tua ditargetkan meningkatkan pengenalan jenis bunyi kepada anak. "Jika terapi hari ini mengenalkan lima jenis bunyi kepada anak, maka pada terapi berikutnya jumlah jenis bunyi yang dikenalkan harus bertambah, misalnya sampai 10 jenis bunyi," tutur Rini.

Tahap berikutnya adalah identifikasi bunyi. Terapis AVT mulai mengasosiasikan jenis bunyi-bunyian dengan benda yang ada di sekitar anak. Pada tahapan ini, anak diharapkan bisa mengaitkan bunyi dengan benda yang dipegang terapis AVT. Contoh, ketika ada bunyi "Tut tut tuuut," diasosiasikan dengan mainan kereta. Pada tahap ini, biasanya anak belajar lebih lama dan harus menghafal berbagai jenis bunyi beserta bendanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Artikel lain:
Asupan Gula Berlebihan Buruk untuk Anak, Batasi dengan 5 Cara Ini

Tahapan terapi terakhir adalah tahap komprehensi atau melatih anak bereaksi terhadap kata yang lebih panjang dan kalimat. Anak diharapkan dapat menjawab pertanyaan atau memberikan pernyataan terhadap suara yang didengarnya.

Pada semua tahapan terapi, orang tua diwajibkan aktif berbicara dan mengenalkan cara pengucapan kata. Orang tua juga mesti rajin memantau reaksi anak, lalu merespons balik dengan cara mengajak anak bicara. Orang tua dilarang memberikan respons kepada anak dengan gestur tubuh atau mimik wajah. "Terapi AVT hanya dijalani selama satu jam di klinik, sedangkan sisanya dilakukan orang tua bersama anak di rumah. Jadi efektif atau tidaknya, juga bergantung pada proses komunikasi orang tua dan anak di rumah," ujar Rini.

Illian Deta Artasari, ibu seorang anak dengan implan koklea, mengatakan anaknya, Aziza, 4 tahun, cocok menjalani terapi AVT. Dalam waktu sembilan bulan, Aziza, yang awalnya tidak merespons bunyi sama sekali, dapat mengucapkan berbagai kata walaupun dengan lafal yang belum jelas. "Terapi AVT dimulai sebelum Aziza menjalani pemasangan implan koklea. Saat itu, Aziza masih menggunakan alat bantu dengar atau ABD," ucap Illian.

Menurut Illian, setelah pemasangan implan koklea, kemampuan Aziza merespons bunyi makin baik. Perkembangannya kian signifikan setelah dibarengi terapi AVT. Hampir dua tahun Aziza menjalani terapi AVT, dan sekarang bocah perempuan itu sudah bisa bernyanyi. "Saat ini, Aziza sudah bisa bermain sambil bercerita dengan kalimat yang panjang meskipun masih ada pengucapan huruf yang belum sempurna," tutur Illian.

Direktur Eksekutif Museum Hang Omah Munir ini menceritakan, dalam menjalani AVT, dia harus mengeluarkan 3.500 sampai 6.000 kata setiap hari untuk melatih Aziza bicara. "Ini untuk mengejar keterlambatan pengucapan yang dialami Aziza," katanya.

Saat ini, banyak klinik atau pusat terapi pendengaran di Jakarta. Selain menawarkan metode terapi beserta tenaga ahli yang komprehensif, tempat terapi Auditory Verbal Therapy dilengkapi dengan sarana bermain anak. Soal biaya, beberapa klinik terapi pendengaran memasang harga Rp 200 ribu sampai Rp 1 juta untuk satu jam terapi.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Alasan Psikolog Minta Pernikahan Sudah Dipikirkan sejak Remaja

11 jam lalu

Ilustrasi Pernikahan/Alissha Bride
Alasan Psikolog Minta Pernikahan Sudah Dipikirkan sejak Remaja

Psikolog mengatakan persiapan pernikahan dan berkeluarga sebaiknya sudah dipikirkan sejak remaja, ini alasannya.


Tembus 4,6 Juta Penonton, Kang Mak From Pee Mak Gelar Nonton Bareng Teman Tuli

4 hari lalu

Pemain, sutradara, dan produser menghadiri acara ramah tamah film Kang Mak From Pee Mak di Jakarta pada Kamis, 18 Juli 2024. Dok. Falcon Pictures
Tembus 4,6 Juta Penonton, Kang Mak From Pee Mak Gelar Nonton Bareng Teman Tuli

Film Kang Mak From Pee Mak telah disaksikan lebih dari 4,6 juta penonton, para pemain tunjukan rasa syukur dengan berbagi kebahagiaan.


Pakistan Laporkan Kasus Polio Pertama dalam 16 Tahun

4 hari lalu

Pakistan Laporkan Kasus Polio Pertama dalam 16 Tahun

Pada 2023 Pakistan melaporkan enam kasus polio sedangkan pada 2022 angkanya adalah 20 kasus.


Perhatikan Kesehatan Anak untuk Cegah Cacar Monyet

5 hari lalu

Ilustrasi MPOX. Shutterstock
Perhatikan Kesehatan Anak untuk Cegah Cacar Monyet

WHO menyebutkan anak-anak berisiko lebih tinggi terkena cacar monyet, bahkan lebih parah dibanding orang dewasa. Jaga selalu kesehatannya.


Cara Mengedukasi Anak untuk Cegah Pelecehan Seksual Menurut Psikolog

6 hari lalu

Ilustrasi pelecehan seksual pada anak laki-laki. Shutterstock
Cara Mengedukasi Anak untuk Cegah Pelecehan Seksual Menurut Psikolog

Psikolog membagi tips bagi orang tua dalam mengedukasi anak untuk mencegah menjadi pelaku atau korban pelecehan seksual.


Jokowi Ungkap Paus Fransiskus Kaget Mendengar Warga RI Masih Memilih Punya Anak

6 hari lalu

Pemimpin Takhta Suci Vatikan Paus Fransiskus (tengah) sebelum meninggalkan Indonesia di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, 6 September 2024. Dok. INDONESIA PAPAL VISIT COMMITTEE/ DANU KUSWORO
Jokowi Ungkap Paus Fransiskus Kaget Mendengar Warga RI Masih Memilih Punya Anak

Jokowi mengatakan bahwa dirinya berbicara banyak hal dengan Paus Fransiskus, utamanya perbincangan soal perdamaian dunia.


Bertemu Difabel dan Kelompok Marjinal, Paus Fransiskus: Mereka Anggota Gereja yang Paling Berharga

7 hari lalu

Paus Fransiskus tiba di Plaza Al Fatah, kompleks Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis 5 September 2024. Paus Fransiskus akan menandatangani dokumen kemanusiaan dalam kunjungan apostoliknya ke Indonesia. Paus akan meneken dokumen berisi komitmen kerukunan hidup beragama bersama Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar. TEMPO/Subekti.
Bertemu Difabel dan Kelompok Marjinal, Paus Fransiskus: Mereka Anggota Gereja yang Paling Berharga

Apa saja kata Paus Fransiskus ketika bertemu kelompok marjinal?


Keluarga Eks Presiden Korsel Moon Jae In dalam Pengawasan Ketat Gara-gara Bantu Menantu

10 hari lalu

Mantan Presiden Moon Jae-in (kiri), yang saat itu menjadi kandidat presiden dari Partai Demokrat, berpose dengan putrinya Moon Da-hye selama kampanye terakhir pemilihan presiden ke-19 di Gwanghwamun Square di Seoul, dalam foto arsip ini dari 8 Mei 2017. /News1
Keluarga Eks Presiden Korsel Moon Jae In dalam Pengawasan Ketat Gara-gara Bantu Menantu

Jaksa Korsel yang menyelidiki tuduhan perekrutan yang melibatkan mantan menantu laki-laki eks Presiden Moon Jae In, telah memperluas penyelidikan


LBH Medan Desak Polisi Ungkap Kasus Penembakan Anak di Serdang Bedagai

10 hari lalu

LBH Medan dan KKJ Sumut meminta Polda Sumut tidak melimpahkan kasus pembunuhan wartawan Tribrata TV ke Polres Karo. TEMPO/Mei Leandha
LBH Medan Desak Polisi Ungkap Kasus Penembakan Anak di Serdang Bedagai

LBH Medan mendesak Polres Sergai segera mengungkap kematian MAF karena bertentangan dengan Undang-Undang Perlindungan Anak.


Membuat Proyek Bantu Anak Belajar Berhitung Hingga Percaya Diri

12 hari lalu

Sekolah Dian Harapan/SDH
Membuat Proyek Bantu Anak Belajar Berhitung Hingga Percaya Diri

Ada berbagai cara melatih anak belajar multidisiplin. Membuat proyek pribadi menjadi salah satu cara ampuh anak belajar beragam ilmu.